Gen Z: Waspada Terkena Brain Rot Akibat Konten Receh

Gen Z: Waspada Terkena Brain Rot Akibat Konten Receh
Ilustrasi Penyusutan Otak

Di era digital saat ini, keberadaan media sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi muda, yaitu Gen Z. Kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat, namun di sisi lain, juga membawa tantangan besar, salah satunya adalah ancaman “brain rot” akibat terlalu banyak mengonsumsi konten receh yang tidak mendidik.

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk merenungkan fenomena ini secara lebih mendalam. Dengan pendekatan psikologis, agama, dan sosial, penulis menguraikan dampak negatif dari kebiasaan ini sekaligus menawarkan solusi praktis agar kita dapat lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial.

Apa Itu Brain Rot?

“Brain rot” secara harfiah berarti “pembusukan otak,” namun dalam konteks digital, istilah ini merujuk pada kondisi di mana otak terlalu sering terpapar konten-konten dangkal (receh), sehingga menurunkan kemampuan berpikir kritis, fokus, dan produktivitas. Gen Z yang merupakan generasi digital native sangat rentan terkena fenomena ini karena tingginya intensitas konsumsi media sosial.

Ciri-Ciri Konten Receh

  • Dangkal: Tidak memberikan nilai edukasi atau makna mendalam.
  • Menghibur sesaat: Fokus pada humor yang tidak membangun.
  • Klikbait: Menggunakan judul sensasional untuk menarik perhatian.
  • Cepat viral: Konten receh sering kali mudah tersebar karena formatnya yang sederhana.

Dalam Islam, kita diingatkan untuk memanfaatkan waktu dengan bijak. Allah SWT berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh.” (QS. Al-‘Asr: 1-3)

Dampak-Dampak Menurut Psikologi

Menurut psikologi, terlalu banyak konsumsi konten receh juga memengaruhi perkembangan mental dan kemampuan mengambil keputusan. Berikut dampak-dampak negatif;

  • Penurunan daya konsentrasi: Terbiasa dengan konten singkat membuat otak sulit fokus pada tugas panjang.
  • Kecanduan dopamine: Konten receh memicu ledakan dopamine instan yang bisa menimbulkan kecanduan.
  • Menurunnya empati: Konten humor berlebihan sering kali mengabaikan sensitivitas terhadap isu serius.

Dampak-Dampak Menurut Agama

  • Lalai dari ibadah: Konsumsi konten receh secara berlebihan dapat membuat seseorang lupa waktu. Allah SWT berfirman:

َيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (QS. Al-Munafiqun: 9)

  • Menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia: Rasulullah SAW bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi)

Bijak dan Cerdas dalam Menggunakan Media Sosial

Media sosial adalah alat, bukan tujuan. Sebagai generasi yang hidup di era digital, Gen Z perlu:

  • Memilih konten yang berkualitas: Fokus pada konten yang bermanfaat, mendidik, atau meningkatkan keimanan.
  • Mengelola waktu: Batasi waktu konsumsi media sosial agar tidak mengganggu produktivitas.
  • Bertanggung jawab atas konten yang disebarkan: Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Solusi

  • Tingkatkan literasi media: Belajar memahami dampak media sosial terhadap kesehatan mental.
  • Kontrol algoritma: Pilih akun-akun yang memberikan manfaat dan kurangi mengikuti akun receh.
  • Jadwal waktu “detoks digital”: Luangkan waktu tanpa gadget untuk fokus pada ibadah, keluarga, atau hobi.
  • Bersahabat dengan ilmu: Perbanyak membaca buku atau mengikuti kajian agama dan ilmu pengetahuan.

Pendapat Ulama

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menegaskan pentingnya menjaga waktu:

إضاعة الوقت أشد من الموت لأن إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها

“Menyia-nyiakan waktu lebih buruk daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan isinya.”

Kesimpulan

Generasi Z perlu waspada terhadap bahaya brain rot akibat konsumsi konten receh. Media sosial adalah alat yang dapat membawa manfaat besar jika digunakan dengan bijak. Islam memberikan pedoman untuk menjauhi hal yang sia-sia dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an, hadits, dan nasihat ulama, kita dapat menjaga pikiran tetap sehat dan produktif.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan